JMDN logo

Carina Joe, Penyelamat Dunia Asli Indonesia dengan Vaksin AstraZeneca

📍 Nasional
19 September 2025
5 views
Carina Joe, Penyelamat Dunia Asli Indonesia dengan Vaksin AstraZeneca

Jakarta, 19/9 (ANTARA) - Ketika kabar tentang virus baru dari Wuhan menyebar pada awal 2020, dunia seperti terperangkap dalam ketakpastian. Bandara lengang, jalan raya sepi, dan orang-orang hanya bisa bertahan di rumah, sambil menunggu kabar baik.


Bergerak dalam senyap, para ilmuwan bekerja tanpa henti, berusaha menciptakan sesuatu yang belum pernah ada: vaksin untuk melawan serangan virus COVID-19.


Di sebuah laboratorium di Universitas Oxford, Britania Raya, seorang perempuan muda asal Indonesia menjadi bagian dari upaya raksasa itu. Ia bernama Carina Citra Dewi Joe.


Carina bukan nama yang banyak dikenal sebelum pandemi, namun kerja senyapnya di balik pintu laboratorium membuat dunia bisa bernafas sedikit lega.


Ia ikut mengembangkan metode produksi vaksin Oxford-AstraZeneca, salah satu vaksin pertama yang digunakan secara luas.


Kontribusinya sangat penting, terutama dalam merumuskan skala produksi yang memungkinkan vaksin ini dibuat dalam jumlah besar dan cepat didistribusikan ke banyak negara.


Dari formula yang kelihatannya sederhana, hanya "dua sendok makan sel" dalam wadah kecil, Carina merancang cara agar teknologi itu bisa diperbanyak, hingga ribuan liter, siap memenuhi kebutuhan global.


Perjalanan panjang


Perjalanan menuju titik itu tidak singkat. Carina lahir di Jakarta pada 21 April 1989. Dari kecil, ia dikenal cerdas, tekun, dan menyukai tantangan.


Di SMA Kristen 1 Penabur Jakarta, ia mengikuti program akselerasi dan menuntaskan pendidikan hanya dalam dua tahun. Langkah itu membawanya lebih cepat ke dunia akademik internasional.


Pada 2008, ia menempuh sarjana bioteknologi di Universitas Hong Kong. Di kota itu, Carina ditempa dengan disiplin riset yang ketat, sekaligus pergaulan internasional yang memperluas wawasannya.


Setelah lulus, ia melanjutkan studi ke Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT) di Australia, meraih gelar master dan kemudian doktor di bidang bioteknologi dan menyelesaikannya pada 2019, tepat sebelum pandemi.


Momen itu menjadi pintu masuk ke tantangan sesungguhnya. Carina bergabung dengan Jenner Institute, Universitas Oxford, salah satu pusat riset vaksin terkemuka dunia.


Tidak lama kemudian, dunia dihantam pandemi. Situasi itu membuat semua tenaga riset dikerahkan sepenuhnya. Carina yang saat itu baru bergabung, langsung terjun ke jantung pertempuran ilmiah melawan virus.


Carina menceritakan pengalamannya saat berada di laboratorium Oxford yang penuh ketegangan. Tidak jarang ia bekerja hingga 18 jam dalam satu hari, demi menyelesaikan proyek vaksin yang kini telah disuntikkan kepada miliaran manusia di Bumi.


Pandemi membuat mobilitas terbatas, kolaborasi tidak berjalan normal, dan risiko tertular selalu mengintai, namun penelitian tidak bisa berhenti.


Carina kerap bekerja sendirian, menguji formula demi formula, mencari cara agar proses produksi bisa diadaptasi dari skala laboratorium menjadi skala industri


Tekanan datang dari segala arah, kebutuhan global yang mendesak, waktu yang sangat terbatas, serta beban moral bahwa miliaran orang menunggu hasil kerja mereka.


Ada saat ia hampir menyerah, tetapi tanggung jawab sebagai ilmuwan dan kesadaran bahwa banyak nyawa dipertaruhkan membuatnya tetap bertahan.


Hasil dari ketekunan itu, kini tercatat dalam sejarah. Vaksin Oxford-AstraZeneca diproduksi secara massal dan digunakan di lebih dari 180 negara.


Namanya masuk dalam daftar pemegang paten, mengukuhkan kontribusinya sebagai bagian dari tim yang menyelamatkan dunia.


Berkat kerja kerasnya, penghargaan demi penghargaan datang silih berganti. Tahun 2021, ia bersama timnya menerima "Pride of Britain Awards" di London, sebuah pengakuan publik terhadap dampak luar biasa vaksin tersebut.


Dua tahun kemudian, ia meraih "Achmad Bakrie Awards" di Jakarta, sebuah apresiasi dari tanah air atas kerja kerasnya. Pada 2023, Universitas Airlangga mengukuhkannya sebagai Guru Besar Kehormatan.


Terkini, pada Agustus 2025, Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menganugerahkan Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama, penghargaan tertinggi negara bagi warganya yang memberi jasa luar biasa.


Untuk generasi muda


Di balik semua penghargaan itu, Carina tetap melihat pentingnya membangun generasi baru di bidang sains. Menurut dia, jalan hidupnya di dunia sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM) bukanlah jalan instan.


Ada proses panjang yang melelahkan, penuh kegagalan, dan keraguan, namun justru ketekunan dan daya tahan menghadapi kegagalan yang menentukan keberhasilan. Baginya, riset adalah maraton, bukan sprint.


Carina juga percaya bahwa pendidikan sains harus membangkitkan rasa ingin tahu, bukan sekadar menjejali hafalan rumus. Ia melihat guru memegang peran penting dalam membuat sains terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari.


"Jika anak-anak belajar sains melalui pengalaman nyata, mereka akan lebih mudah jatuh cinta pada bidang ini," katanya.


Sebagai perempuan yang meniti karier di bidang yang masih didominasi laki-laki, Carina menaruh perhatian pada jumlah perempuan di bidang STEM yang sering menurun ketika mereka memasuki jenjang lebih tinggi atau ketika harus membagi waktu dengan keluarga. Karena itu, penting ada kebijakan dan budaya kerja yang mendukung agar perempuan tetap bisa berkontribusi penuh.


Carina juga menekankan perlunya kolaborasi dan transfer teknologi. Indonesia punya banyak talenta hebat, tetapi masih butuh dukungan fasilitas, regulasi, dan kesempatan untuk bermitra dengan lembaga riset dunia. Ia percaya bahwa potensi itu bisa diwujudkan jika ada ekosistem yang mendukung.


Bagi generasi muda Indonesia, perjalanan Carina adalah inspirasi, sekaligus tantangan. Inspirasi bahwa anak bangsa bisa berdiri sejajar dengan ilmuwan dunia.


Tantangan bahwa semua itu hanya bisa dicapai dengan kerja keras, ketekunan, dan keyakinan bahwa ilmu yang dipelajari tidak hanya untuk diri sendiri, melainkan untuk kehidupan manusia secara luas.


Kini, ketika dunia mulai bangkit dari pandemi, jejak Carina Joe tetap tertinggal sebagai catatan sejarah. Jejak seorang ilmuwan perempuan Indonesia yang berani bermimpi besar, bertahan di tengah tekanan, dan membuktikan bahwa anak bangsa juga mampu melahirkan karya besar yang menyelamatkan nyawa jutaan orang. (ANTARA/Sean Filo Muhamad)

📬 Berlangganan Newsletter

Dapatkan berita terbaru seputar desa langsung ke email Anda.

Berita Populer

Berita Populer